Minggu, 28 November 2010

kaya rasa juga. termasuk masalah tradisi bahkan sampai ke identitas. rasa originalitas maknyus

Tom yam enak tuh. saya sampai baca berulang-ulang. maklum masih awam. yg ini rasanya agak beda dengan tempe bongkrek. kalo menyambung open house di rumah (...) terasa ada ironi dengan keadaan sekitar dalam puisi Mas YO.

wah tamabah hebat ya. memang harusnya penyair kritis dengan lingkungan. bukan hanya retorika saja. saya mencoba berusaha kearah situ. mungkin seperti sapu lidi kali ya. kalo satu persatu memiliki kesadaran yang sama dengan keadaan ini,saya rasa ini akan menjadi sebuah gerakan moral bagisemuanya

saya baca ulang lagi ternyata kaya rasa juga. termasuk masalah tradisi bahkan sampai ke identitas. rasa originalitas maknyus kata bondan winarno mah. tapi kalau nggak percaya baca saja yang, ubi goreng ubi rebus. masalahnya sudah banyak sekali orang yang krisis identitas, yang malu mengakui apa yang ada di sekitarnya. kesederhanaan ini saya pikir lebih menhujam.

=====> aku tidak ngecap kau tak perlu malu lagi sajikan mereka/ sebelum orang amerika sajikan mereka/cepat rebus bumbu halus/di dalam santan bersama daun salam/masukkan ubi dan masak sampai maknyus

inikan mengajarkan kepada kita bahwa kita harus percaya dengan apa yang kita miliki. jangan jadi follower. padahal mereka saja takjub dengan apa yang kita miliki.. eh kita malah takut untuk tampil dengan kesederhanaan yang ternyata itu adalah kekayaan yang tidak dimiliki negaralain. wah saya jadi banyak belajar dengan puisi kulinernya Mas Yo. terima kasih sudah mempostingnya

ini benar. coba baca yang terkahir

======>dalam cuaca dingin sejukkau bawa kopi kental hangat/ubi goreng dan ubi rebus/adalah sorga yang tak mengada-ada/tapi tetap ada

sorga yang tak mengada-ada; inilah kekayaan rasa yang sederhana tapi sempurna, dan bukan kebahagiaan semu. kalo meminjam istilah camus, ini bukan sesuatu yang absurd tapi real

selamat berkarya Mas Yo

Nurdin Ahmad Zakky
Penyair

MAJAS